Tana Toraja
merupakan salah satu kabupaten yang terletak di dalam wilayah provinsi Sulawesi
Selatan yang beribukota di Makale. Letaknya sekitar 330 KM di utara Kota
Makassar. Terletak di daerah pegunungan menjadikan wilayah ini memiliki suhu
udara yang sejuk. Konon nama Toraja berasal dari kata 'to riaja', yaitu sebutan
dari orang bugis yang berarti orang yang mendiami dataran tinggi di utara.
Meskipun mayoritas telah memeluk agama Kristen dan sebagian agama Islam,
masyarakat Toraja masih mempertahankan budayanya yang khas dan unik, konon
budaya toraja adalah gambaran gaya hidup masyarakat Austronesia yang masih
asli.
Memasuki
wilayah Kabupaten Tana Toraja kita akan disambut dengan pemandangan alam yang
indah. Hamparan sawah luas nan hijau dilatarbelakangi oleh pegunungan biru.
Rumpun-rumpun bambu dengan tongkonan megah di sela-selanya. Perpaduan antara
kebudayaan yang unik dan pemandangan alam yang mempesona ini lah yang membuat
Tana Toraja menjadi objek wisata yang tersohor bahkan sampai ke mancanegara.
Keunikan
budaya Toraja
Banyak
sekali hal-hal unik dan menarik yang dapat dinikmati di Tana Toraja. Berikut
beberapa diantaranya yang tidak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Tana Toraja
:
Kete Kesu, berkunjung
ke desa Kete kesu kita akan disambut oleh pemandangan sawah dan jejeran
tongkonan yang berdiri megah. Kete kesu berarti pusat kegiatan. Berwisata ke
Tana Toraja tidak akan lengkap jika tidak berkunjung kesini. Di Kete kesu
terdapat semua unsur penting dalam budaya masyarakat Toraja, yaitu rumah adat
Tongkonan, alang atau lumbung padi, kuburan, dan tempat pembuatan kerajinan
ukiran khas tana toraja.
Jangan dulu
puas hanya dengan melihat tongkonan, di bagian belakang terdapat tebing bukit
dimana terdapat kuburan yang menyimpan pesona mistis tersendiri. Di sini kita akan
menemui tulang-belulang yang dibiarkan berserakan dipeti yang berbentuk perahu.
Selain itu juga ada beberapa kuburan megah milik para bangsawan dengan desain
yang cukup unik juga dapat dijumpai di tempat ini. Ada pula toko-toko souvenir
hasil kerajinan tangan dan senjata tajam khas masyaraat Toraja yang dijajakan
di sekitar lokasi wisata Kete kesu.
Lemo, disini
adalah tempat dimana salah satu kuburan batu di toraja berada. Lazimnya kuburan
itu berada dibawah tanah. Namun Jangan kaget, bila disini anda akan menemukan
kuburan yang berada diatas tebing batu. Di atas tebing batu tersebut dibuatkan
lubang-lubang sebagai kuburan, satu lubang digunakan untuk satu keluarga. Di
beberapa kuburan akan ditemukan patung pahat berbentuk manusia, orang toraja
menyebutnya tau-tau. Tau-tau dibuat untuk menggambarkan orang yang dikuburkan
dilubang tersebut. Semakin tinggi kuburan dibuat, menandakan status seseorang
yang semakin tinggi pula. Masyarakat toraja percaya bahwa semakin tinggi maka
akan semakin dekat dengan sang maha pencipta.
Londa, seperti
halnya Lemo, Londa juga merupakan kuburan dinding berbatu yang juga dihiasi
tau-tau. Di dalamnya terdapat gua dengan banyak tengkorak kepala manusia. Londa
adalah kuburan alam purba. Gua yang berada di sana penuh berisikan tulang,
tengkorak dan tau-tau. Kuburan alam purba ini dilengkapi dengan sebuah
"Benteng Pertahanan". Objek ini sangat mudah dikunjungi, oleh karena
sarana dan prasarana jalannya baik. Satu hal perlu diingat bahwa seseorang yang
berkunjung ke objek ini, wajib memohon izin dengan membawa sirih pinang, atau
kembang. Sangat tabu atau pemali untuk mengambil atau memindahkan tulang,
tengkorak, atau mayat yang ada dalam gua ini.
Kambira, Seorang
anak yang meninggal sebelum giginya tumbuh akan dikuburkan di dalam sebuah
lubang yang dibuat di pohon Tarra’. Anak yang berumur dari 0 sampai 7 tahun,
walaupun sudah memiliki gigi susu masih dianggap bayi. Mereka dianggap masih
suci. Pohon Tarra adalah sejenis pohon sukun, pohon ini dipilih sebagai tempat
penguburan bayi, karena memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti
air susu ibu. Pohon Tarra’ memiliki diameter sekitar 80 – 100 cm dan lubang
yang dipakai untuk menguburkan bayi ditutup dengan ijuk. Kuburan ini terletak
di Desa Kambira, tidak jauh dari Makale. Dengan menguburkannya di pohon ini,
orang-orang Toraja menganggap bayi ini seperti dikembalikan ke rahim ibunya dan
mereka berharap pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan
bayi-bayi yang akan lahir kemudian.
Batu tumongga, Bori dan Karessik, Batu Tumongga terletak di daerah Sesean dengan
ketinggai 1300 meter dari permukaan laut. Dari tempat ini dapat terlihat pesona
keindahan Rantepao dan lembah sekitarnya. Di daerah ini juga terdapat situs
purbakala bori. Di situs purbakala ini akan dijumpai hampir sekitar seratus
lebih batu menhir yang berdiri dengan megah mulai dari ukuran yang besar,
sedang sampai yang kecil. Tingginya pun berfariasi mulai dari yang 8 meter
sampai yang 1,5 meter. Tidak berbeda jauh dengan bori, di Karessik pun anda
akan menemukan batu-batu menhir namun dengan jumlah yang lebih sedikit.
Upacara Adat
Ada beberapa
upacara adat yang masih sering dilaksanakan di tana toraja diantaranya upacara
pemakaman atau Rambu Solo, upacara selamatan atau Rambu Tuka, dan upacara
peresmian tongkonan atau Mangarara Tongkonan. Rambu Solo
dilaksanakan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal
menuju nirwana. Menurut kepercayaan masyarakat Toraja orang yang meninggal baru
dianggap benar-benar meninggal jika upacara adat rambu solo dilaksanakan. Oleh
sebab itu, jasad orang yang belum diupacarakan masih tetap diperlakukan seperti
halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan
makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.
Upacara adat
Rambu Solo terdiri dari beberapa rangkaian ritual, diantaranya pembungkusan
jenazah, menghias peti jenazah, menurunkan jenazah ke lumbung untuk
disemayamkan, dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya yang
dipertontonkan seperti pementasan tarian tradisional toraja. Ada juga
pertunjukan adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan dikorbankan di adu terlebih
dahulu sebelum disembelih. Kerbau atau tedong memiliki tempat yang istimewa dan
tidak dapat dipisahakan dalam kehidupan masyarakat toraja. Selain sebagai hewan
untuk memenuhi kebutuhan pada saat ritual upacara adat, kerbau juga menjadi
alat penentu status sosial pemiliknya serta sebagai alat transaksi. Tidak
mengherankan di Tana Toraja harga kerbau bisa menjadi sangat mahal.
Rambu Tuka, upacara
ini semacam upacara selamatan seperti pernikahan, syukuran panen atau peresmian
Tongkonan baru. Berbeda dengan Rambu Solo, tidak ada kesedihan di dalam upacara
ini. Mangarara Tongkonan tidak jauh beda dengan Rambu Tuka karena Mangarara
Tonkonan sebenarnya adalah bagian dari Rambu Tuka, merayakan selamatan
Tongkonan baru atau Tongkonan yang sudah selesai direnovasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar