Minggu, 29 Desember 2013

Budaya Tana Toraja



Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten yang terletak di dalam wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Makale. Letaknya sekitar 330 KM di utara Kota Makassar. Terletak di daerah pegunungan menjadikan wilayah ini memiliki suhu udara yang sejuk. Konon nama Toraja berasal dari kata 'to riaja', yaitu sebutan dari orang bugis yang berarti orang yang mendiami dataran tinggi di utara. Meskipun mayoritas telah memeluk agama Kristen dan sebagian agama Islam, masyarakat Toraja masih mempertahankan budayanya yang khas dan unik, konon budaya toraja adalah gambaran gaya hidup masyarakat Austronesia yang masih asli.

Memasuki wilayah Kabupaten Tana Toraja kita akan disambut dengan pemandangan alam yang indah. Hamparan sawah luas nan hijau dilatarbelakangi oleh pegunungan biru. Rumpun-rumpun bambu dengan tongkonan megah di sela-selanya. Perpaduan antara kebudayaan yang unik dan pemandangan alam yang mempesona ini lah yang membuat Tana Toraja menjadi objek wisata yang tersohor bahkan sampai ke mancanegara.
  
Keunikan budaya Toraja 

Banyak sekali hal-hal unik dan menarik yang dapat dinikmati di Tana Toraja. Berikut beberapa diantaranya yang tidak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Tana Toraja :

Kete Kesu, berkunjung ke desa Kete kesu kita akan disambut oleh pemandangan sawah dan jejeran tongkonan yang berdiri megah. Kete kesu berarti pusat kegiatan. Berwisata ke Tana Toraja tidak akan lengkap jika tidak berkunjung kesini. Di Kete kesu terdapat semua unsur penting dalam budaya masyarakat Toraja, yaitu rumah adat Tongkonan, alang atau lumbung padi, kuburan, dan tempat pembuatan kerajinan ukiran khas tana toraja.

Jangan dulu puas hanya dengan melihat tongkonan, di bagian belakang terdapat tebing bukit dimana terdapat kuburan yang menyimpan pesona mistis tersendiri. Di sini kita akan menemui tulang-belulang yang dibiarkan berserakan dipeti yang berbentuk perahu. Selain itu juga ada beberapa kuburan megah milik para bangsawan dengan desain yang cukup unik juga dapat dijumpai di tempat ini. Ada pula toko-toko souvenir hasil kerajinan tangan dan senjata tajam khas masyaraat Toraja yang dijajakan di sekitar lokasi wisata Kete kesu.

 Lemo, disini adalah tempat dimana salah satu kuburan batu di toraja berada. Lazimnya kuburan itu berada dibawah tanah. Namun Jangan kaget, bila disini anda akan menemukan kuburan yang berada diatas tebing batu. Di atas tebing batu tersebut dibuatkan lubang-lubang sebagai kuburan, satu lubang digunakan untuk satu keluarga. Di beberapa kuburan akan ditemukan patung pahat berbentuk manusia, orang toraja menyebutnya tau-tau. Tau-tau dibuat untuk menggambarkan orang yang dikuburkan dilubang tersebut. Semakin tinggi kuburan dibuat, menandakan status seseorang yang semakin tinggi pula. Masyarakat toraja percaya bahwa semakin tinggi maka akan semakin dekat dengan sang maha pencipta.

Londa, seperti halnya Lemo, Londa juga merupakan kuburan dinding berbatu yang juga dihiasi tau-tau. Di dalamnya terdapat gua dengan banyak tengkorak kepala manusia. Londa adalah kuburan alam purba. Gua yang berada di sana penuh berisikan tulang, tengkorak dan tau-tau. Kuburan alam purba ini dilengkapi dengan sebuah "Benteng Pertahanan". Objek ini sangat mudah dikunjungi, oleh karena sarana dan prasarana jalannya baik. Satu hal perlu diingat bahwa seseorang yang berkunjung ke objek ini, wajib memohon izin dengan membawa sirih pinang, atau kembang. Sangat tabu atau pemali untuk mengambil atau memindahkan tulang, tengkorak, atau mayat yang ada dalam gua ini.

Kambira, Seorang anak yang meninggal sebelum giginya tumbuh akan dikuburkan di dalam sebuah lubang yang dibuat di pohon Tarra’. Anak yang berumur dari 0 sampai 7 tahun, walaupun sudah memiliki gigi susu masih dianggap bayi. Mereka dianggap masih suci. Pohon Tarra adalah sejenis pohon sukun, pohon ini dipilih sebagai tempat penguburan bayi, karena memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu. Pohon Tarra’ memiliki diameter sekitar 80 – 100 cm dan lubang yang dipakai untuk menguburkan bayi ditutup dengan ijuk. Kuburan ini terletak di Desa Kambira, tidak jauh dari Makale. Dengan menguburkannya di pohon ini, orang-orang Toraja menganggap bayi ini seperti dikembalikan ke rahim ibunya dan mereka berharap pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang akan lahir kemudian.

Batu tumongga, Bori dan Karessik, Batu Tumongga terletak di daerah Sesean dengan ketinggai 1300 meter dari permukaan laut. Dari tempat ini dapat terlihat pesona keindahan Rantepao dan lembah sekitarnya. Di daerah ini juga terdapat situs purbakala bori. Di situs purbakala ini akan dijumpai hampir sekitar seratus lebih batu menhir yang berdiri dengan megah mulai dari ukuran yang besar, sedang sampai yang kecil. Tingginya pun berfariasi mulai dari yang 8 meter sampai yang 1,5 meter. Tidak berbeda jauh dengan bori, di Karessik pun anda akan menemukan batu-batu menhir namun dengan jumlah yang lebih sedikit.

Upacara Adat

Ada beberapa upacara adat yang masih sering dilaksanakan di tana toraja diantaranya upacara pemakaman atau Rambu Solo, upacara selamatan atau Rambu Tuka, dan upacara peresmian tongkonan atau Mangarara Tongkonan. Rambu Solo dilaksanakan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal menuju nirwana. Menurut kepercayaan masyarakat Toraja orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal jika upacara adat rambu solo dilaksanakan. Oleh sebab itu, jasad orang yang belum diupacarakan masih tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara. 

Upacara adat Rambu Solo terdiri dari beberapa rangkaian ritual, diantaranya pembungkusan jenazah, menghias peti jenazah, menurunkan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir. Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya yang dipertontonkan seperti pementasan tarian tradisional toraja. Ada juga pertunjukan adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih. Kerbau atau tedong memiliki tempat yang istimewa dan tidak dapat dipisahakan dalam kehidupan masyarakat toraja. Selain sebagai hewan untuk memenuhi kebutuhan pada saat ritual upacara adat, kerbau juga menjadi alat penentu status sosial pemiliknya serta sebagai alat transaksi. Tidak mengherankan di Tana Toraja harga kerbau bisa menjadi sangat mahal. 

Rambu Tuka, upacara ini semacam upacara selamatan seperti pernikahan, syukuran panen atau peresmian Tongkonan baru. Berbeda dengan Rambu Solo, tidak ada kesedihan di dalam upacara ini. Mangarara Tongkonan tidak jauh beda dengan Rambu Tuka karena Mangarara Tonkonan sebenarnya adalah bagian dari Rambu Tuka, merayakan selamatan Tongkonan baru atau Tongkonan yang sudah selesai direnovasi. 

Minggu, 22 Desember 2013

TARIAN TOR-TOR



Tortor Batak Toba adalah jenis tarian purba dari Batak Toba yang berasal dari Sumatera Utara yang meliputi daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir dan Samosir. Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.

Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain. Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur). Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.

Jenis tari tor tor beragam. Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya. Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung). Terakhir, ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah. Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah.

Tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum acara dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (Hasuhutan) melakukan acara khusus yang dinamakan Tua ni Gondang, sehingga berkat dari gondang sabangunan.

Dalam pelaksanaan tarian tersebut salah seorang dari hasuhutan (yang mempunyai hajat akan memintak permintaan kepada penabuh gondang dengan kata-kata yang sopan dan santun sebagai berikut : “Amang pardoal pargonci” :
  1. “Alualuhon ma jolo tu ompungta Debata Mulajadi Nabolon, na Jumadihon nasa na adong, na jumadihon manisia dohot sude isi ni portibion.”
  2. “Alualuhon ma muse tu sumangot ni ompungta sijolojolo tubu, sumangot ni ompungta paisada, ompungta paidua, sahat tu papituhon.”
  3. ‘”Alualuhon ma jolo tu sahala ni angka amanta raja na liat nalolo.”
Setiap selesai satu permintaan selalu diselingi dengan pukulan gondang dengan ritme tertentu dalam beberapa saat. Setelah permintaan/seruan tersebut dilaksanakan dengan baik maka barisan keluarga suhut yang telah siap manortor (menari) mengatur susunan tempat berdirinya untuk memulai menari.
Adapun jenis permintaan jenis lagu yang akan dibunyikan adalah seperti , Permohonan kepada Dewa dan pada ro-roh leluhur agar keluarga suhut yang mengadakan acara diberi keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah ruah, dan upacara adat yang akan dilaksanakan menjadi sumber berkat bagi suhut dan seluruh keluarga, serta para undangan.

Ada banyak pantangan yang tidak diperbolehkan saat manortor, seperti tangan si penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas, bila itu dilakukan berarti si penari sudah siap menantang siapa pun dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak silat (moncak), atau adu tenaga batin dan lain-lain. Tari tortor digunakan sebagai sarana penyampaian batin baik kepada roh-roh leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam   bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.roh-roh leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.






Minggu, 15 Desember 2013

Karapan Sapi



Karapan Sapi atau Kerapan Sapi pasti sudah tidak asing lagi di telinga banyak orang Indonesia. Karapan Sapi merupakan budaya asli dari tanah Madura yang sudah dikenal sejak abad ke-14 M. Pada zaman dahulu sapi merupakan satu-satunya alat Transportasi tercepat yang ada di Madura dan banyak digunakan oleh masyarakat , khususnya masyarakat elite atau kerajaan. Karapan Sapi ini merupakan salah satu contoh budaya dan hiburan bagi masyarakat Madura yang telah turun temurun dilaksanakan.
Karapan Sapi menurut wikipedia :
sebuah istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit.
Karapan sapi sendiri menurut masyarakat Madura adalah adu balap sapi jantan menggunakan kaleles. Kaleles disini merupakan sarana pelengkap untuk dinaiki joki/sais yang menurut istilah Madura disebut tukang tongkok. Sapi-sapi jantan yang akan dipacu dipertautkan dengan pangonong pada leher-lehernya sehingga menjadi satu pasangan. Untuk pasangan sapi kerrap yang berada di sebelah kanan disebut pangluar dan yang sebelah kiri disebut pangdelem. sedangkan orang yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas disebut tukang tambeng. Tukang Getak merupakan orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba dapat melesat dengan cepat. Tukang Tonja merupakan orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi saat perlombaan. Tukang Gubra adalah anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi kerrap.Karapan Sapi tidak serta merta ada di Madura. Ada beberapa versi tentang asal usul Karapan Sapi ini. Versi pertama mengatakan bahwa karapan sapi telah ada di Madura sejak abad ke-14. Waktu itu karapan sapi digunakan untuk menyebarkan agama islam oleh seorang Kyai yang bernama Pratanu. Versi yang lain juga mengatakan bahwa karapan sapi diciptakan oleh Adi Poday, yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad ke-14. Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di bidang pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu menjadi maju. Salah satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan pertanian yang diajarkan oleh Adi Poday adalah dengan menggunakan sapi. Sehingga lama-kelamaan karena banyaknya petani yang menggunakan sapi untuk membajak sawahnya secara bersamaan, maka timbullah niat para petani untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Dan, akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga lomba adu cepat yang hingga saat ini disebut .
Karapan Sapi dan Sapi Kerrap merupakan dua hal yang berbeda. Orang Madura memberi perbedaan antara Karapan sapi dan Sapi kerrap ini. Karapan sapi adalah sebuah even adu pacu sapi jantan dalam keadaan bergerak, berlari dan dinamis. Sedangkan Sapi kerrap adalah sebutan untuk sapi jantan yang diperlombakan itu sendiri, baik satu sapi maupun lebih. Adanya perbedaan ini adalah untuk membedakan antara sapi kerrap dengan Sapi Biasa serta Sapi Sono.
Macam-macam Karapan Sapi
  1. Kerrap Keni (Karapan kecil) merupakan karapan sapi yang levelnya se-tingkat Kecamatan saja dengan jarak tempuh sekitar 110 meter. Pemenangnya berhak untuk mengikuti even karapan yang levelnya lebih tinggi lagi.
  2. Kerrap Rajah (Karapan besar) merupakan karapan sapi yang levelnya se-tingkat Kabupaten saja dan pesertanya adalah dari para juara Kerrap Keni dengan jarak tempuh sejauh 120 meter.
  3. Kerrap Karesidenan (Gubeng) merupakan karapan sapi yang levelnya tingkat karesidenan yang diikuti oleh juara-juara dari empat kabupaten di Madura. Tempatnya adalah di Bakorwil Madura yaitu di kabupaten Pamekasan dan tepatnya pada hari Minggu yang merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim karapan.
  4. Kerrap Onjangan (Karapan undangan) merupakan karapan sapi khusus yang pesertanya berasal dari undangan suatu kabupaten yang menyelenggarakannya. Karapan ini biasanya diadakan untuk memperingati hari-hari besar tertentu atau peringatan syukuran dan sejenisnya.
  5. Kerrap Jar-ajaran (Karapan latihan) merupakan karapan yang dilakukan hanya untuk melatih sapi-sapi kerap sebelum turun ke even yang sebenarnya.
Karapan Sapi dalam penentuan juaranya adalah di ambil masing-masing 3 Juara, yaitu 3 juara dari golongan menang dan 3 juara dari golongan kalah.
Perawatan Sapi Kerrap
Karapan Sapi memerlukan sapi-sapi kerrap yang benar-benar masuk kategori super. dan tidak sembarangan dalam pemilihannya. Pemilahan sapi kerrap yang cocok untuk karapan biasanya dibedakan sejak sapi berumur 3-4 bulan. Setelah itu sejak umur 10 bulan sapi mulai dilatih tiap satu minggu sekali dan tidak lupa diberi jamu kurang lebih 25 butir telur dan 3 botol hemaviton tiap malam, tidak lupa juga dipijat dan dimandikan dua kali sehari.
Sedangkan untuk masalah makanan yang diberikan setiap hari berupa rumput segar dan minuman berupa air hangat sebanyak satu ember. Dan jangan sampai mengawinkan sapi yang akan dikerap ini, apabila sampai dikawinkan mungkin sapi ini akan loyo saat perlombaan
apabila sapi sudah menginjak dewasa sapi-sapi kerrap ini bisa diikut sertakan dalam perlombaan karapan sapi. Begitupun dengan perawatannya, penambahan jamu menjadi 75 butir telur (bahkan lebih) tiap malamnya, serta mengurangi makanan untuk menghindari kegemukan dan sapi menjadi sehat.
Persiapan dan ritual yang dilakukan sebelum perlombaan di mulai
Sebelum dimulai alat-alat yang harus disiapkan diantaranya : kaleles, pangonong, tali pengikat, joki/sais, cambuk, kalung, selendang, air, ember (tempat jamu) serta saronen (alat musik tiup madura) dengan jumlah sembilan orang menggunakan pakaian adat madura.
Sebelum lomba dimulai, sapi-sapi ini akan di warm up atau pemanasan terlebih dahulu dengan mengelilingi lapangan yang diiringi oleh saronen, gendang, kelenong dan sebagainya sambil ngijung dan menari (penari remaja).
Beberapa menit sebelum dimulai, sapi kerrap tersebut dimandikan kemudian di olesi dengan spiritus yang sudah dicampur balsem dan jahe yang sudah ditumbuk halus. Selain itu sapi juga diberi minuman seperti obat kuat ,ramuan dan jamu rahasia lainnya agar sapi-sapi ini bisa berlari kencang dan kuat. Kaki-kakinya pun dipijat supaya tidak tegang saat perlombaan.
Selain sapi kerrap, pemilik sapi juga melakukan ritual khusus untuk menjaga sang sapi agar bisa memenangkan lomba. Karena pemilik sapi berkeyakinan dengan ritual tersebut dapat membebaskan sapi dari serangan gaib pihak lawannya sehingga perlombaan dapat dilakukan dengan kekuatan sebenarnya. Namun ada juga yang beranggapan ritual pemilik sapi juga dapat menambah kekuatan dari sapinya.
Anehnya para pemilik sapi ini merasa bahwa hadiah yang dimenangkan nanti bukanlah tujuan utamanya. Melainkan kepuasaan dan gengsi yang didapat apabila memenangkan perlombaan karapan sapi ini. Selain itu juga bisa meningkatkan nilai jual sapi yang menjadi juara karapan sapi ini.
Selain sapi yang merupakan faktor utama untuk memenangkan karapan sapi, joki/sais yang biasa disebut tukang tongko juga sangat penting posisinya. Selain bertugas mengarahkan lari sapi-sapi jantan yang melaju kencang, joki juga harus bisa memegang kendali dari garis start, menapakkan dan menyelipkan kaki diantara kayu (kaleles) yang ditarik oleh sapi itu sendiri. Keterampilan lainnya adalah kemampuannya untuk melepas tali kekang dan meraih kayu yang melintang pada kepala sapi apabila telah tiba pada garis finish. Hal ini dimaksudkan agar sapi dapat berhenti dan tidak lagi berlari dengan liar.


Sabtu, 07 Desember 2013

Naki Sumo



Banyak festival atau tradisi unik yang dilakukan untuk mendoakan bayi atau anak kecil di berbagai negara. Kebiasaan-kebiasaan dan praktik-praktik tradisional ini kadang terdengar aneh. Namun, sampai sekarang banyak orang masih melakukan tradisi leluhur itu secara turun-temurun. Di Jepang, Anda bisa menikmati sebuah kontes bayi menangis atau Naki sumo, seperti yang dilansir di Boldsky.com.
Naki Sumo adalah sebuah festival guna memanjatkan kesehatan bagi balita kepada para Dewa di Jepang. Tradisi yang sudah berumur 400 tahun ini sudah diselenggarakan sejak zaman Edo  (1603-1867) dan hanya boleh diikuti balita yang berusia tiga tahun. Setiap tahun lebih dari 100 bayi berpartisipasi dalam festival Naki Sumo. Para ibu membawa bayi mereka ke festival ini untuk mendapatkan berkat dari Yang Maha Kuasa dan melawan roh jahat.Naki sumo, festival tangisan bayi di Jepang merupakan kontes untuk balita. Para pegulat menggendong bayi di tangan mereka dan memandangi bayi itu sampai menangis. Ketika bayi menangis, ibu dari anak berdoa untuk kesehatan bayi mereka.
Bayi yang menangis dengan suara keras dan lantang akan terpilih sebagai pemenang kontes bayi menangis. Saat bayi diambil oleh pegulat sumo, seorang wasit berkostum tradisional berdiri di samping mereka. Wasit mencatat durasi tangisan dan berdoa untuk kesehatan si Bayi.
Naki Sumo dirayakan dengan rasa sukacita dan keyakinan bahwa bayi yang menangis paling keras adalah anak yang sangat diberkati. Ada pepatah dipercaya oleh orang Jepang, "Bayi menangis tumbuh lebih cepat". Jadi, bayi yang menangis yang paling diberkati dan menerima berkat-berkat besar dari Tuhan dan akan menjadi sehat.
Festival ini sangat unik dan sangat menghibur. Jepang memang selalu menjaga tradisi leluhur agar tidak tergerus pengaruh kehidupan modern.